Kamis, 04 Juni 2009

Meningkatkan minat baca siswa

1. Pengertian Minat
Istilah minat terkait dengan motivasi. Minat merupakan aspek penting dalam motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berfikir dan berprestasi.
Pendapat Bingham yang dikutip oleh Evita E Singgih mengartikan minat sebagai ”Istilah yang menyatakan kuatnya kecenderungan seseorang terhadap objek-objek dan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan perhatian yang menghasilkan kepuasan” (Evita E Singgih, 2006 : 56). Sedangkan pendapat dari Krapp dkk yang juga dikutip oleh Evita E Singgih mengemukakan tiga definisi minat yaitu : ”(1) Minat pribadi; (2) Minat
situasional dan (3) Minat sebagai keadaan psikologis” (Evita E Singgih, 2006 : 57). Dari ketiga definisi minat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Minat pribadi (Personal Interest)
Minat pribadi ditujukan pada suatu kegiatan atau topik yang spesifik, misalnya minat khusus untuk olahraga, musik, tarian, komputer, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Salah satu cara untuk mengukur minat pribadi seseorang adalah dengan melihat dipilihnya suatu topik dari topik yang lain, atau seseorang lebih memilih sesuatu
yang dianggap sering.

Minat pribadi berkembang seiring usia. Pada remaja, hal-hal yang bersifat pribadi seperti wajah, bentuk tubuh, pakaian, telepon genggam, merupakan hal yang diminati untuk diperhatikan karena berhubungan dengan keberhasilan dalam pergaulan. Pada orang dewasa lebih berminat untuk menampilkan pekerjaan yang dilakukannya sehari-hari. Minat pribadi dapat juga dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan tempat seseorang tinggal.
b. Minat situasional (Situational Interest)
Minat situasional merupakan minat yang ditumbuhkan oleh kondisi atau faktor-faktor lingkungan. Misalnya ruangan kelas, media, komputer, buku-buku dapat membangkitkan minat seseorang. Minat situasional berbeda dari sekedar keingintahuan seseorang karena juga terkait dengan isi topik yang sangat spesifik. Misalnya minat yang muncul berhubungan dengan pengalaman membaca buku-buku tentang ruang angkasa. Minat situasional dapat berkembang menjadi minat pribadi.
c. Minat sebagai keadaan psikologis (Interest as a Psychological State)
Minat sebagai keadaan psikologis berhubungan dengan minat pada saat minat pribadi seseorang saling mempengaruhi dengan ciri-ciri
lingkungan. Misalnya, seseorang siswa dapat mempunyai yang kuat
dalam topik yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Ia sering membaca buku-buku yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Pada kejadian ini, secara psikologis ia memiliki minat yang tinggi.

Minat ini terjadi bila seseorang memiliki penilaian yang tinggi untuk suatu kegiatan, contohnya memilih untuk melakukan, memikir-kan suatu kegiatan dan juga memiliki pengetahuan yang tinggi tentang topik-topik kegiatan tersebut. Sedangkan seseorang mengabaikan suatu topik karena kurang memiliki pengetahuan tentang topik itu dan topik tersebut memiliki nilai yang rendah untuk orang itu.
Jika suatu aktivitas atau topik memiliki nilai yang rendah untuk seseorang walaupun pengetahuan untuk topik itu tinggi, maka tidak dapat dikatakan orang itu tidak memiliki minat pada hal tersebut (non interest).
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbul-kan ketertarikan atau perhatian secara selektif yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan atau mendatangkan kepuasan.
2. Aspek-aspek Minat
”Minat memiliki dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif” (Evita E Singgih, 2006 : 59).
Kedua aspek ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Aspek kognitif
Minat cenderung egosentris. Aspek kognitif ini berhubungan dengan apa saja keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh dari minat itu. Sebagai contoh, anak ingin merasa yakin bahwa waktu dan usaha yang dihabiskannya dengan kegiatan yang berkaitan dengan minatnya akan memberi kepuasan dan keuntungan pribadi. Bila terbukti ada kepuasan dan keuntungan, minat mereka tidak saja menetap melainkan menjadi lebih kuat tatkala kepuasan dan keuntungan itu menjadi nyata. Hal sebaliknya akan terjadi bila kepuasan dan keuntungan pribadi yang diperoleh hanya sedikit.
b. Aspek afektif
Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi, yaitu dari sikap orang yang dianggap penting, seperti orang tua, guru, teman-temannya di lingkungan sekolah terhadap kegiatan yang berkaitan
dengan minat tersebut, dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa. Misalnya, siswa yang mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan guru suatu mata pelajaran tertentu, biasanya mengembangkan sikap positif terhadap mata
pelajaran tersebut. Minat mereka untuk mengikuti pelajaran tersebut diperkuat. Sebaliknya akan terjadi, jika pengalaman yang tidak menyenangkan dengan salah seseorang guru mata pelajaran, dapat mengarah ke sikap yang tidak positif terhadap mata pelajaran tersebut. Aspek afektif ini memiliki peran yang lebih besar dalam memotivasi tindakan.
3. Pengembangan Minat
Setiap minat memuaskan suatu kebutuhan dalam kehidupan walaupun kebutuhan ini mungkin tidak segera tampak bagi orang dewasa.

Semakin kuat suatu kebutuhan, semakin kuat dan bertahan minat yang menyertainya. Selanjutnya semakin sering minat diekspresikan/disalurkan dalam kegiatan, semakin kuatlah minat tersebut. Sebaliknya, minat akan padam jika tidak disalurkan. Misalnya, orang tua membatasi kesempatan bermain seorang anaknya dengan orang lain, minat terhadap teman bermain berkurang dan minat lain akan menggantikannya.
Setiap orang perlu mengenali minat dan kesenangannya, serta menyadari bahwa ketidaksenangan mengarah ke kebosanan, karena minat dan kebosanan berpengaruh pada kesenangan pribadi dan sosial seseorang. Bila seseorang dipaksa untuk melakukan suatu kegiatan setelah minat berkurang hingga mencapai kebosanan, akibatnya ialah sikap dan perilaku yang akan merusak penyesuaian mereka terhadap situasi ini dan kebahagiaan mereka. Jika dipaksa secara terus menerus, minat akan semakin berkurang berdasarkan waktu dan pengalaman.
Pengembangan minat merupakan suatu proses yang mengalami perubahan sepanjang perkembangannya. Mendekati masa remaja akhir, minat dapat lebih jelas dan kebanyakan telah dapat menemukan dan mengarahkan minat pendidikan dan pekerjaan atau kariernya. Menurut pendapat Hurlock yang dikutip oleh Evita E Singgih bahwa :
Remaja yang sudah memikirkan arah, pendidikan, dan pekerjaan atau karier dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Sikap orang tua terhadap pendidikan
2. Sikap teman sebaya
3. Sejauh mana ia diterima secara sosial oleh teman-teman sekelasnya
4. Bagaimana prestasi di sekolahnya sampai saat ini.
(Evita E Singgih, 2006 : 65)

Adapun faktor–faktor yang dapat mengubah minat adalah kepentingan ekonomi, berubahnya nilai, bimbingan, pengalaman dan meningkatnya kesadaran atau kenyataan hidup.

A. Hakikat Minat Baca
Minat baca merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yaitu membaca sebagai
suatu kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan atau mendatangkan kepuasan.
Minat baca merupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan hal yang diinginkannya, yaitu membaca. ”Kegiatan-kegiatan yang dilandasi dengan minat intrinsik dapat membangkitkan motivasi seseorang” (Evita E Singgih, 2006 : 69). Jadi aktivitas membaca yang dilandasi dengan minat intrinsik (dari dalam diri individu) dapat membangkitkan motivasi untuk melakukan aktivitas membaca.
Setiap individu yang sedang melakukan aktivitas membaca perlu mengembangkan minat bacanya dari dalam dirinya sendiri (intrinsik), yang berlandaskan pada tingkat perkembangan dan pertumbuhan pribadi masing-masing. ”Semakin sering minat diekspresikan dalam kegiatan, semakin kuatlah minat tersebut. Sebaliknya, minat akan padam bila tidak disalurkan” (Evita E Singgih, 2006 : 65). Berdasarkan pendapat tersebut, maka minat seseorang untuk membaca akan semakin kuat, jika individu


tersebut sering melakukan aktivitas membaca. Dan sebaliknya, minat membaca akan padam jika tidak disalurkan dalam bentuk kegiatan membaca.
Untuk dapat melaksanakan aktivitas membaca, seseorang perlu mengenal minat bacanya. Apabila minatnya belum berkembang, dapat dilakukan beberapa alternatif cara untuk mengembangkannya. ”Minat dimungkinkan berkembang melalui bimbingan dan pengarahan seseorang yang mahir menilai kemampuan anak” (Evita E Singgih, 2006 : 69). Dari pendapat tersebut, maka minat baca dimungkinkan untuk berkembang melalui bimbingan dan pengarahan dari orang tuanya atau Bapak/Ibu Guru.
B. Cara Meningkatkan Minat Baca
”Cara-cara meningkatkan minat baca, diantaranya melalui : (1) Pemberian ganjaran (2) Penetapan sasaran dan (3) Penataan lingkungan” (Evita E Singgih, 2006 : 88). Dari ketiga cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pemberian ganjaran
Pemberian ganjaran ini dimaksudkan untuk memperkuat perilaku individu. Prinsip dasar dari cara ini adalah teori belajar yang berpandangan bahwa kegiatan yang lebih disenangi dapat menjadi ganjaran positif, yang dapat dipakai sebagai ganjaran untuk kegiatan lain yang kurang disenangi. Melalui pemberian ganjaran ini, maka seseorang dapat mengembangkan minat bacanya secara berkelanjutan.

b. Penetapan sasaran
Penetapan sasaran, sebagai sesuatu yang hendak dicapai, misalnya menyelesaikan tugas suatu mata pelajaran tepat pada waktunya, lulus dalam ujian, dan sebagainya. Makin jelas dan spesifik sasaran yang hendak dicapai, maka akan lebih besar kemungkinan untuk mencapainya. Selain itu, perlu adanya penetapan prioritas yang hendak dicapai.
c. Penataan lingkungan
Yang dimaksud dengan penataan di sini termasuk lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Agar dapat menciptakan minat baca, perlu memperhatikan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berkaitan dengan tempat/ruang baca termasuk sarana yang lainnya. Pada ruangan ini perlu tersedia meja, kursi yang nyaman, rak buku, penerangan yang cukup, dan bukan merupakan ruang yang mudah dimasuki suara ribut dari sekitarnya. Lingkungan fisik dan sosial yang tidak mendukung terlaksananya kegiatan membaca, tidak dapat menimbulkan minat baca seseorang.

Sumber Pustaka
Evita E Singgih. 2006. Sukses Belajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Panduan.